Ilmuwan Tiongkok Mengintegrasikan AI Mirip ChatGPT ke dalam Robot Seks Generasi Berikutnya
Mengintegrasikan AI Seperti ChatGPT di Robot Seks
Ilmuwan dan insinyur Tiongkok menggabungkan teknologi mirip ChatGPT ke dalam robot seks, yang bertujuan untuk menciptakan pendamping interaktif yang didukung AI sambil menghadapi tantangan teknis dan etika. Di Shenzhen, Starpery Technology, produsen boneka seks terkemuka, sedang melatih model bahasa besar miliknya untuk menyempurnakan produknya dengan AI. Boneka seks canggih ini, tersedia dalam bentuk pria dan wanita, akan segera tersedia untuk dibeli. CEO Evan Lee mengumumkan bahwa perusahaannya sedang mengembangkan boneka seks generasi berikutnya yang mampu melakukan interaksi vokal dan fisik, dengan prototipe diharapkan pada bulan Agustus tahun ini. Dia mengakui tantangan teknologi, khususnya dalam mencapai interaksi manusia yang realistis, yang melibatkan pengembangan model yang kompleks oleh perusahaan perangkat lunak khusus.
Kemajuan dalam Boneka Bertenaga AI
Boneka tradisional, dengan kerangka logam dan eksterior silikon, terbatas pada respons sederhana dan tidak memiliki kemampuan ekspresif yang diperlukan untuk melibatkan interaksi manusia. Boneka seks bertenaga AI generasi baru, dilengkapi dengan sensor, dapat bereaksi dengan gerakan dan ucapan, sehingga secara signifikan meningkatkan pengalaman pengguna dengan berfokus pada hubungan emosional daripada kemampuan percakapan dasar. Starpery yang semula menyasar pasar internasional, kini juga fokus pada pasar domestik. Meskipun masyarakat Tiongkok konservatif, negara ini memiliki pasar boneka seks terbesar, melampaui penjualan gabungan di AS, Jepang, dan Jerman. Lee menyoroti potensi pasar Tiongkok yang sangat besar, dengan daya beli di kota-kota besar melebihi banyak negara Eropa, meskipun secara estetika terdapat perbedaan dari pasar Eropa.
Perkembangan dan Tantangan Masa Depan
Rencana masa depan Starpery termasuk mengembangkan robot yang mampu melakukan pekerjaan rumah tangga, membantu penyandang disabilitas, dan menyediakan perawatan lansia. Pada tahun 2025, perusahaan ini bertujuan untuk meluncurkan “robot layanan pintar” pertamanya, yang mampu memberikan layanan yang lebih kompleks bagi penyandang disabilitas. Pada tahun 2030, robot-robot ini dapat melindungi manusia dari pekerjaan berbahaya. Lee mengidentifikasi dua tantangan utama untuk mencapai tingkat perkembangan ini: kapasitas baterai dan otot buatan. Robot humanoid kekurangan ruang untuk baterai berukuran besar, sehingga meningkatkan kepadatan energi baterai sangatlah penting. Selain itu, mesin yang ada saat ini tidak memiliki kelenturan otot manusia, yang dapat mengerahkan tenaga dalam rentang yang luas dan dapat bersifat keras dan lunak, serta pas dengan kulit. Untuk memastikan realisme, boneka dapat memiliki berat hingga 40 kilogram (88 pon), yang terlalu berat untuk motor dan menimbulkan risiko jatuh atau melukai penggunanya. Starpery berfokus pada pengurangan berat melalui perbaikan material dan proses produksi, sehingga menghasilkan boneka setinggi 172 sentimeter dengan berat hanya 29 kilogram pada Juli 2023.
Pertimbangan Biaya dan Etis
Pengembangan robot seks bertenaga AI menghadapi tantangan biaya dan etika yang signifikan. Komponen utama seperti peredam, yang mentransfer daya antara sambungan motor dan robot, menghabiskan biaya robot sebesar 30% dan memerlukan banyak roda gigi pada sambungan berbeda. Lee menekankan perlunya mengurangi biaya untuk membuat boneka realistis lebih terjangkau, meskipun ada biaya tambahan untuk menggunakan motor. Starpery mendapat manfaat dari rantai pasokan yang lengkap dan biaya produksi yang lebih rendah di Shenzhen, basis produksi produk dewasa terbesar di dunia. Selain Starpery, pabrikan Tiongkok lainnya seperti WMdoll di Zhongshan dan EXdoll di Dalian juga mengintegrasikan AI ke dalam boneka fisik. Kemajuan model bahasa besar telah berdampak signifikan pada berbagai sektor, termasuk industri robot humanoid, dengan meningkatkan kontrol gerak dan meningkatkan produktivitas pengembang.
Implikasi Etis dan Hukum
Pesatnya perkembangan robot seks yang digerakkan oleh AI menimbulkan kekhawatiran etika dan hukum. Kritikus berpendapat bahwa ketergantungan yang berlebihan pada pendamping AI untuk kepuasan seksual atau emosional dapat menghambat hubungan antarmanusia yang sebenarnya dan memengaruhi kemampuan pengguna untuk membentuk hubungan yang sehat dengan orang-orang nyata. Perkembangan robot-robot ini juga melampaui kerangka hukum dan peraturan yang ada, sehingga menciptakan wilayah abu-abu hukum mengenai penggunaan, kepemilikan, dan tanggung jawab produsen dan pengguna. Akademi Teknologi Informasi dan Komunikasi Tiongkok menyoroti kekhawatiran ini dalam makalahnya yang diterbitkan pada tahun 2023, “Laporan Penelitian tentang Tata Kelola Etika AI,” dan mencatat bahwa kemampuan AI untuk mengambil keputusan dalam kondisi tertentu dapat menantang otonomi dan persepsi diri manusia, dan bahwa model bahasa yang besar menimbulkan dampak yang besar bagi manusia. risiko kebocoran data dan pelanggaran privasi.
Lihat yang lain berita AI dan peristiwa teknologi dengan benar di sini di AIfuturize!