Perlombaan Robotaxi: Teknologi AS Memimpin, Tiongkok Merangkul

Kategori: AI NewsTag: , , , , , , Diterbitkan pada: Juli 11, 20242.9 menit membaca
nvidia

Revolusi Robotaxi: Teknologi AS Memimpin, Tiongkok Merangkul, Namun Persepsi Masyarakat Tertinggal di Amerika

Perlombaan global untuk mengkomersialkan robotaksis semakin cepat, dengan perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat dan Tiongkok membuat kemajuan yang signifikan. Namun, meskipun perusahaan-perusahaan Amerika memimpin dalam kemajuan teknologi, terdapat perbedaan yang mencolok dalam penerimaan masyarakat terhadap teknologi mengemudi otonom, yang berpotensi menghambat kemajuan Amerika.

Layanan Robotaxi Berkembang di AS dan Tiongkok

Waymo, unit mobil self-driving Google, baru-baru ini meluncurkan layanan robotaxi berbayar di Los Angeles, menambah operasi yang sudah ada di San Francisco dan Phoenix. Sementara itu, Cruise, anak perusahaan General Motors, mengoperasikan layanan robotaxi di beberapa kota di AS, dan CEO Tesla, Elon Musk, telah mengumumkan rencana untuk merilis robotaxi akhir tahun ini.

Industri kendaraan otonom di Tiongkok sedang berkembang pesat, dengan banyak kota yang memberikan izin untuk kendaraan tanpa pengemudi dan melaksanakan program percontohan. Platform layanan robotaxi Apollo Go Baidu adalah yang terdepan, bersama pemain lain seperti AutoX, Pony.ai, dan WeRide. Selain itu, raksasa teknologi seperti Didi Chuxing bermitra dengan produsen mobil untuk mengembangkan dan menerapkan robotaxis, sehingga semakin meningkatkan persaingan.

Wuhan, khususnya, telah menjadi pemimpin global dalam pengoperasian kendaraan otonom, dengan Apollo Go dari Baidu yang mencakup sebagian besar wilayah perkotaan kota tersebut. Hal ini berbeda dengan kota-kota seperti Beijing, di mana robotaksi hanya terbatas pada jalan-jalan pinggiran kota.

Persepsi dan Regulasi Masyarakat: Kisah Dua Negara

Terlepas dari keunggulan teknologi perusahaan-perusahaan Amerika, persepsi publik dan hambatan peraturan menghadirkan tantangan yang signifikan di AS. Setelah kecelakaan yang melibatkan taksi otonom Cruise, regulator California untuk sementara menghentikan layanan perusahaan tersebut, dan kendaraan Waymo menghadapi vandalisme dan tentangan dari serikat pekerja.

Survei menyoroti perbedaan mencolok dalam opini publik. Meskipun mayoritas masyarakat Amerika mengungkapkan ketakutan atau ketidakpastian mengenai kendaraan otonom, responden Tiongkok menunjukkan tingkat kepercayaan dan penerimaan yang tinggi, terutama di wilayah dengan pengujian dan penerapan yang ekstensif.

Para ahli memperingatkan bahwa persepsi negatif di AS dapat menghambat kemajuan teknologi. Peraturan Tiongkok yang tidak terlalu ketat dan dukungan publik memungkinkan penerapan skala besar yang lebih cepat, menghasilkan data dan pengalaman berharga yang dapat mempercepat komersialisasi dan kemajuan teknologi.

Kemajuan Teknis dan Lanskap Regulasi

Saat ini, sebagian besar robotaksis berada di bawah standar otonomi L4, yang berarti mereka dapat beroperasi tanpa pengemudi di sebagian besar skenario tetapi dibatasi oleh pembatasan wilayah dan kecepatan. Meskipun peraturan Tiongkok mewajibkan petugas keselamatan di dalam kendaraan (dengan kemungkinan pengawasan jarak jauh), banyak kendaraan Waymo di AS telah menghapusnya.

Para ahli menekankan bahwa AS tidak boleh menghindar dari pengembangan teknologi self-driving karena kekhawatiran masyarakat. Mereka berpendapat bahwa mengambil risiko yang telah diperhitungkan dan berinvestasi dalam penelitian lebih lanjut sangat penting untuk menghindari tertinggal dari Tiongkok dan negara-negara lain dengan strategi pembangunan yang lebih agresif.

Industri ini percaya bahwa teknologi self-driving menawarkan banyak manfaat sosial dan lingkungan. Selain berpotensi lebih aman dibandingkan pengemudi manusia, kendaraan otonom dapat meningkatkan arus lalu lintas, mengurangi konsumsi energi, dan meningkatkan efisiensi penggunaan lahan.

Lebih jauh lagi, para ahli seperti Profesor Qiao Chunming menekankan bahwa teknologi self-driving dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi para lansia, penyandang disabilitas, dan mereka yang memiliki mobilitas terbatas. Dia menyoroti pentingnya mempertimbangkan penerapan sosial kendaraan otonom, bukan hanya kemampuan teknologinya.

Seiring dengan berlanjutnya perlombaan robotaxi, AS dan Tiongkok mengambil jalan yang berbeda. Ketika perusahaan-perusahaan Amerika berfokus pada mendorong batas-batas teknologi, Tiongkok memprioritaskan penerapan dan pengumpulan data dalam skala besar. Hasil dari kompetisi ini tidak diragukan lagi akan membentuk masa depan transportasi di seluruh dunia.

Simak berita AI dan acara teknologi lainnya ya di sini di AIfuturize!

Tinggalkan komentar